Thursday 23 October 2014



Mengobrol, upaya diplomasi terbaik

“Bu, di sini bisa tambal ban? Seperti nya ban motor saya bocor,” kata Amo dengan wajah harap, maklum dia sudah berkendara selama 5 jam dari kota Ambon menuju Kota Bula di Timur Pulau Seram, ban motor nya bocor di tengah jalan, bengkel motor terdekat di Negeri Wahai, masih 94KM lagi dari kedai makan siangnya di tengah Gunung SS, Taman Pegunungan Manusela, Maluku.


94 KM itu berupa jalan di tengah gunung Pulau Seram, Maluku, Amo sedang berada hampir di tengah Pulau Seram untuk melintasi Seram Utara sebelum akhirnya ke Seram Timur, Kota Bula.
Kedai tempat makan Amo merupakan kedai makan yang dibangun penduduk Negeri Saleman di atas gunung yang berjarak sekitar 15KM dari Kampung Saleman, kedai ini ramai dengan para pengemudi dan penumpang yang yang beristirahat untuk sekedar makan dan melepas penat menempuh perjalanan lintas Pulau Seram.

Sebelumnya Amo merasa senang ketika melihat kompresor isi angin ban di kedai itu, kedai itu merupakan satu-satu nya warung makan merangkap bengkel “apa adanya” di tengah gunung SS.

“Coba Tanya Bapak, tapi beliau mau turun ke Kampung, saya tidak tahu apa bisa atau tidak”, kata ibu Pemilik Kedai.

“Baik Bu, coba Saya tanyakan”

“Boss, di sini bisa tambal ban? Ban belakang motor saya sepertinya bocor, kelihatannya sangat kempes”, Tanya Amo kepada Suami ibu tadi,

Suaminya adalah seorang pria pendek dengan badan yang kekar, wajahnya seperti orang habis dipaksa bangun tidur.

“adoooh,,, Saya mau turun ke Kampung nih, itu ban bocor tuh, kempes begitu”, kata nya dengan wajah enggan.

“Begini Boss, tolong bantu ya, soal nya tujuan Saya ke Bula, masih 5 jam lagi nih Boss, Saya tidak tau kalo Boss tidak bisa bantu, Saya harus ke mana,” Amo mulai memohon.

Selang beberapa menit kemudian, Bapak pemilik Warung kembali dengan tas kecil berisi peralatan bengkel, beliau langsung mulai bekerja mengganti ban dalam motor.

“yah, ini ban dalam nya bocor di tempat bekas tambal,” kata nya dengan nada malas.

“Ooo ya,, baik Boss, saya punya ban dalam, tolong diganti dengan ban dalam baru Boss. Boss di Kampung ada acara pelantikan Raja ya? Tadi Saya naik feri, ada 5 bus Pela dan Gandong dari Negeri Saleman yang tunggu feri berikutnya, teman saya yang penduduk Negeri Saleman bilang katanya ada pelantikan Raja di sini?” Kata Amo mencoba mengobrol untuk mencairkan suasana.

“Ooo iya, Abg naik feri ke berapa?

“Naik feri pertama Boss, pukul 6.30 WIT, 5 Bus Pela dan Gandong tuh dapat giliran feri kedua, mungkin sekitar pulul 7.00 WIT baru berangkat”

“berarti masih 1 jam lagi untuk Mereka tiba di sini, temannya Abg yang orang Bula nama siapa?”

“Biasa kami panggil nama nya Yas, ibu nya guru di SD N 19 Ambon, guru saya dulu nama nya ibu Ci”

“Ooo, Yas, iya, ibunya ibu Ci sudah duluan pulang ke Kampung”

Dan, suasana pun berubah.
Bapak pemilik Warung menjadi tiba-tiba akrab, memang mengobrol dapat mencairkan suasana, membuat manusia bisa menjadi dekat.

Negeri Saleman, tempat tinggal Bapak Pemilik Kedai akan melaksanakan acara adat Pelantikan Raja mereka. Di Maluku, istilah kampung merupakan sebuah Negeri Adat yang dipimpin oleh Raja, Ribuan Kampung di Maluku membuat Maluku mempunyai Ribuan Raja. Itulah mengapa Maluku juga dikenal dengan negeri Raja-Raja.
Tapi jangan samakan Raja-Raja di Maluku dengan Kepala Desa di daerah lain, sejak jaman penjajahan dulu, Maluku memang terdiri dari ribuan kerajaan kecil, kerajaan kecil inilah yang disebut Negeri. Layak nya sebuah Negeri, maka ada struktur Pemerintahannya, yaitu : Raja (Kepala Pemerintahan), Kapitan (Panglima Perang), Imam Negeri (Pemimpin Agama Negeri), Kewang (Seperti Menteri Perekonomian), Saniri Negeri (Badan Musyawarah Adat Negeri), Marinyo (Penyampai berita Raja kepada masyarakat Negeri) dll.

Yang berhak menjadi Raja di Maluku haruslah merupakan keturunan Raja di Negeri tersebut, bisa secara patrineal dari Ayah ke Anak atau bisa juga dilakukan pemiihan demokrasi di oleh masyarakat Negeri namun calon nya dibatasi hanya kepada yang memang mempunyai garis keturunan Raja.

Karena ini merupakan acara sakral bernuansa adat, maka turut hadir juga Pela dan Gandong Negeri Saleman.

Menyambut tamu Negeri, yaitu Pela dan Gandong Negeri Saleman adalah sebuah kehormatan masyarakat Negeri. Ini lebih penting daripada sekedar menjaga bengkel.

Sambil tersenyum dalam hati Amo berguman, “hehehe, Saya sudah berhasil selangkah maju dalam upaya diplomasi.”

Bula, 23 Oktober 2014








No comments:

Post a Comment